|
Sedikitnya 700-an anggota Partai Rakyat Demokratik (PRD) memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) di Surabaya, siang tadi (20/5). Sebagian besar massa mengenakan kaos merah bergambar lambang PRD.
Dalam aksi massa yang dipusatkan di Balai Kota Surabaya ini, PRD mengangkat sejumlah tuntutan terkait persoalan rakyat miskin di Surabaya, diantaranya: penghentian cakupan tanpa solusi, penghentian penggusuran tanpa solusi, pendidikan gratis tanpa pungli, dan kesehatan gratis tanpa pungli.
Ketika massa PRD sudah sampai di dekat Tunjungan Plaza, ratusan Polisi memasang barikade dan melarang massa melewati depan Gedung Grahadi. Akhirnya, setelah melalui negosiasi yang alot, massa PRD diperbolehkan lewat.
Sejumlah poster bergambar tokoh pembebasan nasional Indonesia, Bung Karno, terlihat dipegang oleh massa. Sebuah poster bertuliskan “ganyang imperialisme” juga terlihat diacung-acungkan oleh Menurut Ketua Komite Pimpinan Kota PRDSurabaya, Samirin, kebijakan Pemkot Surabaya di bawah pimpinan Tri Rismaharini masih banyak yang menindas rakyat miskin.
Samirin mencontohkan, Pemkot Surabaya masih gencar melakukan penertiban terhadap gelandangan, pengemis, dan pengamen jalanan tanpa disertai solusi.
“Seharusnya, Pemkot Surabaya memprioritaskan penciptaan lapangan kerja. Bukannya menggusuri rakyat miskin,” ujar Samirin.Samirin juga menyoroti soal pelayanan kesehatan bagi rakyat miskin yang tidak manusiawiSebagi misal, kata Samirin, adanya skandal obat kadaluwarsa di RSUD M Soewandhie, yang sangat merugikan rakyat banyak.
Selain masalah lokal, Samirin juga menganggap Indonesia belum lepas dari praktek imperialisme dan neo-kolonialisme. “Sekarang ini, bangsa Indonesia tertindas di bawah sebuah sebuah gaya penjajahan baru, yakni neoliberalisme atau imperialisme,” kata Samirin
|
Puluhan perwakilan juga Komite Pimpinan Kota Partai Rakyat Demokratik (KPK-PRD) juga melakukan pertemuan dengan Walikota Surabaya Tri Rismaharini untuk membahas sejumlah kebijakan walikota yang dianggap merugikan rakyat miskin.
Pertemuan ini berlangsung di ruangan eksekutif Polrestabes Surabaya. Selasa (31/05). Kapolresta Surabaya, Choki Manurung, menganggap pertemuan itu sebagai ruang dialog untuk menyelesaikan sejumlah masalah.
Agustinus, aktivis PRD Kota Surabaya, menceritakan tentang sejumlah kebijakan Pemkot yang dianggap sangat merugikan rakyat miskin. Salah-satunya adalah soal cakupan/garukan terhadap PSK, waria, dan pengamen.
“Kalau memang Walikota Surabaya mau memperhatikan rakyat miskin, maka kebijakan cakupan harus segera dihentikan,” kata Agustinus, yang juga dikenal sebagai Ketua Serikat Rakyat Miskin Indonesia (SRMI) kota Surabaya.
Pernyataan Agustinus diperkuat oleh Samirin, Ketua KPK PRD Surabaya. Menurut Samirin, Pemkot seharusnya tidak melakukan garukan jika tidak disertai solusi terhadap persoalan rakyat miskin. “Mereka menjadi PSK, Waria dan pengamen karena ketiadaan lapangan pekerjaan yang layak,” kata Samirin.
Lia, seorang PSK di kota Surabaya, menceritakan bagaimana dirinya sering mendapat perlakuan kekerasan ketika terjadi cakupan. Selain itu, menurut pengakuan Lia, aparat keamanan juga sering melakukan pungli terhadap PSK.
Perlakuan kekerasan juga pernah dirasakan Wina, seorang waria di Surabaya, yang mengaku kehilangan temannya saat terjadi cakupan oleh Satpol PP kota Surabaya. Saat itu, kenang Lia, temannya tersebut tertabrak mobil dan tewas di tempat setelah sebelumnya dikejar-kejar oleh Satpol PP.
|
Selain itu, Risma juga menjanjikan program pelatihan dan bantuan modal kepada rakyat miskin, tetapi hanya bagi mereka yang ber-KTP Surabaya. Program tersebut diberikan secara langsung per-individu kepada orang miskin.
Akan tetapi, Agustinus, selaku ketua SRMI Surabaya, mengusulkan agar program itu bisa disalurkan melalui ormas atau wadah-wadah kerakyatan, supaya penyaluran dan penggunaan dana program itu bisa dikontrol dan terpastikan untuk pemberdayaan rakyat.
Namun, Risma tetap ngotot bahwa program itu akan jatuh ke tangan individu-individu, bukan berdasarkan ormas. “Namun saya menginginkan proses validasi data kependudukan, sehingga ketika ada pertemuan berikutnya, pihak PRD Surabaya bisa memberikan data anggota binaannya yang ber KTP Surabaya,” kata Risma.
Sementara itu, Moelyadi, salah seorang aktivis LMND kota Surabaya, mempertanyakan kebijakan Risma terkait pembukaan lapangan kerja di kota Surabaya.
Menurutnya, salah satu pemicu adanya rakyat miskin yang bekerja sebagai PSK, waria, dan pengamen adalah ketiadaan lapangan pekerjaan yang layak.
Pertemuan antara PRD dan Walikota Surabaya ini berlangsung singkat
Oleh : Kamaruddin Koto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar